Waktu berdetak seperti biasanya
Seperti saat aku hadir di dunia
Seperti saat kamu hadir di duniaku
Dan seperti saat kita tak lagi bertemu
Kamu ingat tidak saat awal perkenalan kita?
Saat kamu yang tiba-tiba bertanya "Nama-mu siapa?"
Jangan-jangan kamu sudah lupa
Jangan-jangan kisah kita tak pernah masuk dalam buku ceritamu
Sebenernya pada sajak ini aku tak tahu harus menulis apa
Aku hanya sedang merindukanmu
Namun, aku tak punya nyali untuk sekadar bertanya "Hai bagaimana kabarmu?"
Kini aku menjadi pengecut setelah sadar bahwa aku kamu tak lagi sama
Percakapan kita masih tersimpan rapi pada arsip pesanku
Percakapan yang berakhir pada kalimat "berbahagialah meski bukan denganku."
Masih sering ku baca, meskipun sesak yang ku dapat
Namun, apa boleh buat?
Aku yang sering merindukanmu hanya bisa mengirim sajak pada semesta
Meskipun tak kau baca, namun semesta dan isinya telah mengetahuinya
Aku merindukan ceritamu seusai harimu yang berat
Aku merindukan hadirmu yang meski sesaat namun menenangkan.
Dari aku,
Pengecut yang merindukanmu . . . .
0 Comments