Tulisan ini diciptakan karena aroma kopi di malam yang sepi 
Tepatnya pukul sembilan malam lebih tiga puluh menit
Tiba-tiba saja otakku merangkai kalimat yang begitu rumit
Karena itu aku harus dengan segera mengetiknya, jika tidak kata "lupa" akan segera menggerogoti
Dan berikut adalah susunan kalimat yang dibuat pada malam hari ditanggal 30 Januari. 

Pukul sembilan malam waktu indonesia barat
Kita menerjang hujan yang begitu lebat
Kau menggenggam tanganku dengan erat
Lalu berkata "Jangan menyerah, meskipun hidup begitu berat".

Sesaat setelah kalimat itu perjalanan kita hanya ditemani oleh keheningan
Rintik hujan seakan menjadi musik pengiringnya
Dingin menyelimuti malam ini dan tubuh gemetar kedinginan
Akhirnya kita sampai pada tempat yang menjadi tujuan kita berjalan.

Disana kau menatapku dalam dan penuh makna
Lima belas menit duduk bersama tak ada satupun kata yang memulai perbincangan kita
Aku ingin untuk memulainya, tapi bibirku kaku dan tak bisa berucap apa-apa
Hanya di dalam hati aku berbisik "Kapan kita akan mulai berdiskusi dan memulai perbincangan?" 
Seakan hatimu menangkap apa yang dikatakan oleh hatiku, kau tiba-tiba berucap "aku sebenarnya tak pandai berkata-kata" 
Dan jawabanku hanya sekadar "iya tidak apa" 

Usai kita bertemu, aku duduk sendiri 
Sembari menatap langit dan ditemani aroma kopi
Aku berfikir "memang benar, tak semua rasa bisa dijelaskan dengan kata-kata"
Tidak semua diksi pada cerita fiksi bisa mendefinisikan apa yang sedang terjadi
Kadang serumit apapun kalimat yang sudah tersusun, justru diamlah yang menjadi sebuah pilihan
Karena beberapa rasa cukup dibiarkan, lalu biarlah hati yang mencernanya sendiri. 

Terimakasih untuk aroma kopi yang telah memberikan inspirasi:) 

Jangan lupa untuk membaca karya lainnya disini  http://bit.ly/4y0kl1k dan http://homoluath.com/uFf