Kita; nampaknya kalimat itu terlalu awal untuk disebutkan.
Mungkin lebih tepatnya aku dan kamu.
Dua manusia yang tanpa sengaja saling bertemu.
Manusia yang awalnya tidak saling tahu.
Aku; manusia keras kepala yang masih saja memperjuangkan masa lalu.
Sedangkan, kamu; manusia keras kepala yang tidak memikirkan apa-apa yang telah berlalu.
Sekilas nampak sama, sama-sama keras kepala.
Namun, nyatanya kita terlampau berbeda.
Ibaratnya, aku siang dan kamu malam.
Aku matahari dan kamu bulan.
Sekilas kita sama, sama-sama penduduk semesta.
Namun, sebenernya tidak.
Aku ada dengan sinar yang hangat.
Kamu ada dengan sinar yang dingin.
Pada akhirnya, aku menyadari satu hal.
Kita berbeda bukan karena kita egois.
Kita berbeda karena bumi memang harus memiliki keseimbangan.
Kita berbeda karena hidup harus saling melengkapi.
Siang yang mengizinkan malam untuk hadir, begitu juga sebaliknya.
Matahari yang mengizinkan bulan untuk bersinar, begitu juga dengan bulan yang mengizinkan matahari untuk menghangatkan semesta.
Indah, bukan? Kita berbeda tapi saling menerima.
Pada dasarnya manusia memang tidak pernah sama, bukan?
Manusia yang terlahir kembar pun akan terlihat perbedaannya.
Bagaimana dengan kita?
Mampukah kita menyatukan perbedaan itu tanpa harus memperdebatkannya?
1 Comments
asikkkkk
ReplyDelete