Layaknya lampu yang perlahan meredup
Layaknya api yang perlahan padam
Perasaan juga punya fase lelahnya, bukan?
Apalagi jika perasaan itu tidak pernah mendapatkan apa yang dia mau
Dia berjuang, tapi tidak pernah mendapatkan apa yang diperjuangkannya.

Jika kamu menganggap pilihan untuk tidak lagi bertahan adalah kekalahan, aku menerimanya.
Aku menerima kekalahan atas apa yang telah aku perjuangan selama tiga puluh tujuh bulan.
Aku menerima kekalahan atas apa yang telah aku harapkan selama tiga tahun ini. 

Aku menerima bukan karena tidak lagi menyayangimu, tapi karena aku sudah terlalu menyayangimu.
Aku terlalu menyayangimu sampai aku lupa ada jiwa yang lebih pantas untuk mendapatkan itu : diriku.
Aku terlalu memikirkan bagaimana cara untuk membahagiakanmu, tapi aku lupa cara untuk membahagiakan diriku sendiri. 

Jika kelak kamu bertanya "apa kamu menyesal menunggu begitu lama?" tentu jawabannya: tidak.
Aku tidak pernah menyesal menunggumu sejauh ini, karena bagiku aku menunggu sesuatu yang indah. 
Namun, perlahan aku sadar bahwa sesuatu yang indah itu memang tidak pantas menjadi milikku.
Sesuatu yang indah itu ternyata hanya Tuhan izinkan untuk aku kagumi bukan miliki. 

Kamu istimewa, terlalu istimewa.
Kamu adalah moment terindah yang terlalu sulit untuk dilupakan, sekaligus moment menyakitkan jika terus-terusan diingat.
Oleh karena itu, pada kalimat ini aku merelakanmu.
Aku merelakanmu karena aku sadar mengagumi tidak harus selalu memiliki.

Kini usahaku bukan lagi tentang bagaimana cara membuatmu sadar bahwa ada manusia yang sedang memperjuangkan mu.
Kini usahaku adalah bagaimana cara membahagiakan diriku sendiri.
Usahaku tidak lagi tentang cara agar kamu mencintaiku, tetapi cara agar aku tidak terus mengharapkanmu.

Terimakasih, And.
Terimakasih karena kamu mengajari aku cara bertahan.
Terimakasih berkat kamu, aku kembali sadar bahwa tidak semua hal harus sesuai yang diharapkan.
Terimakasih untuk hal-hal kecil yang tanpa sadar membuat aku bersyukur karena pernah memperjuangkanmu.

Setelah ini sajakku bukan lagi untukmu, And.
Setelah kalimat ini, kamu akan tersimpan rapi dalam memori yang aku buat khusus untukmu.
Memori yang akan selalu tersimpan
Memori yang entah akan tertutup selamanya atau justru sebaliknya. 
Bahagia selalu ya, And. 


(Manusia Yang Pernah Memperjuangkanmu)